Rabu, 14 Juni 2017

CERITA DARI GLODOK

Project ini sebenarnya dulu pernah ditangani, akan tetapi adanya tugas untuk proyek Mattel Cikarang akhirnya sempat terabaikan .
Pada saat peninjauan kembali proyek ini setelah adanya teguran dan surat peringatan dari owner APG kepada presdir JTI sehingga semua direksi turun memantau proyek ini.
Pemantauan pertama tentang keterlambatan proyek terfocus pada ketiadaan orang pekerja pada beberapa lantai dan kekurangan material. Permasalahan klasik .
Dari beberapa pengamatan disimpulkan .
1. Belum adanya monitoring dan control tenaga kerja perlantai perpaket pekerjaan . (Methode)

2. Monitoring material yg dibutuhkan perlantai, persubcon perpaket. (Material,Methode dan Man)

3. Koordinasi dg pihak MK dan Owner kurang harmonis. (Man)

4. Banyaknya perubahan dari shop drawing yg telah diajukan dan sebagian menungu keputusan karena berkaitan dg subcon lain. (Methode)

Note :
beberapa celah kesalahan distribusi Shop drawing. Kadang gambar detail munculnya di gambar elekttonik. Seharusnya elektrikal juga punya gambar sendiri, paling tidak saling copy .As built tidak bisa seperti  ini. Harus punya detail sendiri sendiri
Kesalahan kedua gambar distribusi ke subcon hampir tidak ada approval . Alasan karena lembar approval gambar A1 . Akhirnya gambar diprint baru dari computer . Sebenarnya ini bukan alasan karena bisa dibawa keluar untuk copy menjadi A3 . (Ini root cause yg sebenarnya ).

5. Pekerjaan area sipil yg belum selesai (Methode).

6. Tenaga pelaksana supervisi yg tidak capable. (Man)

7. Engineer yg tidak capable. (Man)

8. Perubahan design project akibat keinginan customer. (Methode)

9. Kekompakan antar paket pekerjaan yg tidak solid. (Man)

10. Composite yg dituangkan antar paket belum memadai terhadap level plafon. (Methode)

11. Kurangnya tenaga QC dilapangan.(Man).

12. Material sering kurang dan belum adanya schedule material (Material, Man,Methode).

13. Gambar sering terlambat (Methode, Man)

14. Tenaga kerja kurang (Man)

15. Schedule resources tidak ada (Methode).

16. Prosedure sering tidak dijalankan (Man, Methode)

Beberapa action plan yang telah dijalankan dari beberapa temuan diatas diantaranya adalah :
1. Membuat tabel man power kebutuhan dan supplai man power tiap lantai dan tiap paket pekerjaan . Tabel ini memerlukan tingkat kedisiplinan Spv setiap hari untuk mengkontrol dan check serta update. Indikasi tidak ada man power dilapangan terlihat agar tindakan lanjutan bisa dilakukan.

2. Meminta logistik lapangan untuk mengupdate level stock material dilapangan untuk di reportkan kepada PM dan SM terutama untuk material yg tingkat permintaannya tinggi, termasuk material yg disupplai oleh subcon.

3. Perlu perhatian lebih terhadap relation dilapangan terutama MK dan Owner menyangkut sensitifitas dan isue isue enginering dan permasalahan lain.

4. Banyaknya perubahan perubahan menuntut team engineering bekerja lebih ekstra, untuk itu aktifnya engineering dilapangan beserta drafter sangat mempengaruhi terselesaikan permasalahan demi permasalahan.

5. Memang adanya keterlambatan pihak sipil terhadap proyek ini,namun seharusnya fokus terhadap pekerjaan yg bisa dilakukan .

6. Tenaga Supervisi tanpa Visi, bisa disebut seperti itu, datang ke proyek tanpa arahan , tanpa target ke pekerja dan subcon , sehingga apa yg menjadi goal pelaksanaan dilapangan sering tidak tercapai dikarenakan supervisi tanpa visi.

7. Engineer adalah person penting dalam sebuah project setelah Project Manager, lancar tidaknya sebuah project kadang ditentukan pula oleh seorang engineer, pada saat instruksi dilapangan yg hanya bisa dilakukan dengan pembacaan shop drawing, maka ketepatan dan kecepatan pembuatan gambar oleh drafter ditentukan klir tidaknya arahan dari engineer.

8. Dari uraian engineer item no 7 , berdampak pada perubahan design dari owner ataupun sebaliknya, adanya perubahan design dari owner maka engineer harus mengekspresikannya dalam bentuk gambar agar lapangan bisa di laksanakan.

9. Faktor solid tidaknya team juga sangat berpengaruh terhadap pekerjaan yg dilaksanakan, terutama pada saat komposit gambar , posisi mana yg harus diatas, ditengah ,samping dll ditentukan oleh kompaknya gambar komposite yg dibuat, ketidak kompakan team dalam pelaksanaan terutama ada yg ego dalam pelaksanaan maka akan menjadikan beberapa paket akan terhenti pelaksanaannya .

10. Hal yg sangat krusial dalam pembuatan komposite adalah level ketinggian plafon yg akan di set, adanya ketidak kompakan team akhirnya akan berpengaruh pada ketinggian level plafon.

11. Tidak adanya atau kurangnya tenaga QC dilapangan, akan berpengaruh pada kualitas pekerjaan. Adanya pekerjaan tanpa QC personel menjadikan pekerjaan Subcon asal jadi. Disamping hal tersebut juga masuknya barang yg tidak tercantum di spec kontrak sangat riskan terhadap kualitas pekerjaan .

12. Syarat terjadinya percepatan dalam.pelaksanaan project disamping Man power, maka faktor kedua yg dominan adalah Ketersediaan material dilapangan. Tanla adanya material maka pemborosan pembayaran gaji personel sudah pasti.

13. Keterlambatan gambar setelah diajukan, ataupun sebelum diajukan akan memperlambat pelaksanaan dilapangan. Adanya engineer dan drafter yg tidak capable akan menjadikan gambar kerja banyak revisi, selain tidak bisa mengeksekusi pekerjaan dilapangan, juga berpengaruh besar terhadap bongkar pasang nantinya .

14. Dalam hal perencanaan tenaga kerja yg dirasakan kurang, alasan dasar menentukan ini adalah dari ketersediaan material, siapnya shop drawing dan ijin kerja serta schedule yg telah dibuat . Salah satu unsur diatas terlambat maka efeknya adalah menentukan besaran tenaga kerja yg dibutuhkan agar pekerjaan sesuai jadwal.

15. Schedule resources disini di fokuskan pada breakdown masih masing item kerja, sehingga masing masing paket pekerjaan bisa balance terlaksana secara bersamaan. Contohnya pada paket pekerjaan pemasangan pipa chiller , bila resources yg tersedia tidak berkesinambungan pada item pekerjaan fabrikasi maka akan mempengaruhi item item pekerjaan selanjutnya .

16. Tidak berjalannya prosedur lapangan, sangat berpengaruh terhadap kinerja dan kemampuan team proyek dalam menjalankan proyek. Prosedur lapangan bisa dibaca pada ulasan sebelumnya, seperti pembuatan IPL (ijin pelaksanaan lapangan). Monitoring Shop drawing . Dll.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar