Kamis, 06 Oktober 2016

FAKTOR PENGHAMBAT PERCEPATAN PADA PROJECT JABABEKA

Beberapa hal yg menghambat pada proses percepatan proyek Jababeka adalah :
1. Team yg tidak full
Istilah team tidak full disini adalah kekurangan salah satu posisi yg dibutuhkan dalam satu project. Untuk project Jababeka posisi posisi yg kosong tersebut adalah Engineer dan drafter. Ketiadaan personel pada posisi tersebut menjadikan projek tidak prosedural, dimana proses approval desain dan shop drawing yg dibutuhkan dalam pelaksanaan lapangan mis sehingga terjadinya beberapa perubahan instruksi dilapangan, dan terjadinya bongkar pasang pekerjaan menjadi salah satu penghambat lajunya penyelesaian .

2. Penyimpangan yg terlalu jauh antara BQ kontrak dan gambar tender.
Penurunan satu paket pekerjaan yg berdasarkan BQ tanpa memberikan gambar tender akan menjadikan pertanyaan pada saat pelaksanaan lapangan. Adanya beberapa pekerjaan yg akan dianggap sebagai pekerjaan tambah oleh Subcon akan menjadikan penghambat pada pelaksanaan apabila tidak diputuskan segera. Ketiadaan gambar akan menjadikan komparasi status antara BQ dg kondisi terpasang dilapangan. Apabila kondisi terpasang lebih banyak akan menjadikan pengajuan melebihi budget project, apabila tidak diimbangi oleh pengajuan pekerjaan tambah atas deviasi yg terjadi. Untuk hal tersebut dibutuhkan Quality surveyor yg jeli melihat antara BQ dan aktual apalagi pekerjaan tidak bersifat lump sump.

3.Adanya banyak instruksi bypass
Ketiadaan approval atas shopdrawing resmi akan menjadikan gambar gambar lapangan tidak memiliki kekuatan , ditambah apabila ada beberapa gambar yg direvisi maka akan menjadikan lebih komplek, antara penarikan gambar terdahulu dg pendistribusian gambar baru. Biasanya untuk mencoba membenarkan hal tersebut akan ada banyak instruksi by pass ,baik yg akan diinstruksikan oleh konsultan ataupun owner. Dan turunnya SI untuk mengisi kekurangan dari design yg tidak lengkap

4.Akan adanya banyak permintaan material yg salah atau kurang.
Desain yg tidak akurat dan adanya beberapa kali revisi akan mengakibatkan banyaknya permintaan material yg salah atau bahkan kurang, hal tersebut berpengaruh sekali pada waktu pelaksanaan project, apalagi project dg tenggat waktu yg singkat. Sampai akhir proyek akan banyak dikeluarkan S.I , banyaknya Material yg berlebihan serta adanya material yg tidak diperlukan. Untuk mengurangi hal tersebut perlunya team logistik yg kuat, bahkan yg bisa memenuhi permintaan dalam waktu jam saja. Adanya konsep konsep inventory menjadi tidak berlaku.

5.Sepenuhnya mengandalkan team konsultan
Konsultan adalah team yg sangat dibutuhkan dalam melaksanakan pekerjaan yg diinstruksikan, terlepas adanya gambar atau tidak,akhirnya menjadikan team konsultan sebagai pengawas project secara langsung. Keberadaan PM akan menjadikan pelengkap antara kebutuhan pekerja lapangan dan ketersediaan material dilapangan.

6.Penambahan pekerjaan tanpa memperpanjang waktu pelaksanaan
Turunnya instruksi instruksi yang diturunkan dengan status Urgent tanpa menambah jangka waktu pelaksanaan , akan mempengaruhi pos pos pekerjaan yg lain terlebih lagi adanya pekerjaan tambahan tersebut tanpa menambah personel..

7.Koordinasi SIPIL dan ME
Dalam pelaksanaan proyek koordinasi antar paket pekerjaan sangat penting, terlebih lagi bila dalam satu pekerjaan terkait banyak pekerjaan, biasanya kita bagi dalam paket ME dan sipil. Pada prosesnya kendala kendala dan urutan pekerjaan harus lebih jelas terkait paket yg termaktub dalam pekerjaan. Urutan pekerjaan skala prioritas dan tgl finish menjadi awal pelaksanaan paket setelahnya, terkait dengan pengadaan material harus sudah berada didalam plan schedule.

Ditulis di Jababeka I .
25.10.2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar